Kemudian
atas nama rindu, kutelusuri
bayangan pada cerita yang pernah menggiringku menyusuri sudut-sudut kota itu. Di antara Pecinan tua
bangunan serta gereja bergaya Belanda, kuil-kuil bersahaja dengan semarak aroma dupa yang
mesra bertetangga dengan Masjid Raya. Ingatkah Kau tentang Menara PDAM Kota
kita yang menjulang Gemilang serta kokoh melegenda. Taman Burung yang sudah
ditinggalkan seluruh penghuninya,
hingga
keruhnya sungai yang tetap setia dan mesra membelah jantung kota. Bukankah setiap langkah
dari kaki sanggup membawa pergi ke tempat manapun yang kita ingini, tapi bagaimana halnya
dengan hati yang terlanjur tertinggal di kota ini? Masih atas nama rindu, karena jika kau
mencintai sesuatu setiap kali bayangannya sirna dan berlalu kau akan kehilangan
sebagian dari dirimu.
Apa
yang istimewa dari sebuah kota selain eksotisme budayanya, selain denyar keramahan penduduknya, selain cita rasa kuliner
khasnya yang pantang enyah karena terlanjur lengket di lidah. Tak lain tak bukan
jawabannya berkisar pada kenangan. Sebuah sejarah berlabel
berlabel kenangan
menjadi sesuatu yang mutlak tak tertawar dan mangkus menyita sebagian besar
memori hidup setiap manusia.
Keberadaan suatu kota yang sanggup melestarikan cagar
budayanya seolah menjadi jawaban untuk menaungi kenangan masa silam setiap
orang yang sempat terlibat secara emosional.
Artikel
kali ini akan memanjakan mata dan ingatan pembaca dengan mengajak bernostalgia
menjelajah waktu kembali ke masa lalu. Menelusuri sudut-sudut kota Amoy yang dari sumber
utama yakni arsip foto-foto dari Pastor Yeremias Melis, OFM.Cap (Pastor Yerry), kearsipan
Perpustakaan
Daerah
Singkawang, maupun
dari berbagai
sumber gambar-gambar pengingat masa lalu yang terserak itu berhasil didapatkan. Foto-foto yang didapat
dari Pastor Yerry bersumber
dari buku yang beliau miliki.
Tidak lupa di beberapa objek foto terdahulu yang masih
dapat ditelusuri keberadaannya disertakan juga sebagai pembanding sekaligus
sebagai pemutar kenangan masa silam.
Gereja Katolik St. Fransiskus Assisi Singkawang (kiri tahun 1924-1925, kanan tahun 2023)
Gereja Katolik St. Fransiskus Assisi Singkawang (kiri tahun 1926, kanan tahun 2023)
Sejarah
kita bukan produk karbitan.
Ia lahir karena tempaan zaman.
Jika dapat bertahan di tengah perubahan adalah sesuatu
yang mengagumkan dan pasti penuh dengan perjuangan. Dinamika kehidupan
menghasilkan transformasi budaya.
Dapatkah dipertahankan,
setidaknya bisakah
kita menjaganya tetap utuh dalam kotak-kotak bernama ingatan, yang pada akhirnya akan
kita abaikan dalam sesuatu yang kita sebut sebagai kenangan. Karena apa yang kita
anggap sebagai kenangan sejarah masa silam demikian pula halnya akan dianggapkan
oleh anak cucu kita saat memandang wajah kita di masa depan. Ya, kita juga adalah cikal
bakal sejarah yang mungkin saja abadi dan lestari dalam kenangan atau bahkan
lindap dari ingatan masa depan.
NB: Artikel pernah dimuat di media pewartaan, Buletin Likes Paroki Singkawang pada Tarikh 2015 dan diunggah di website Paroki Singkawang pada September 2015. Kini diunggah ulang di blog pribadi penulis artikel dengan beberapa penyesuaian.
0 komentar:
Posting Komentar