tentang kisah dan jejak langkah

Sabtu, 07 Oktober 2023

JELAJAH WAKTU, SINGKAWANG 'TEMPO DOELOE'

 


Kemudian atas nama rindu, kutelusuri bayangan pada cerita yang pernah menggiringku menyusuri sudut-sudut kota itu. Di antara Pecinan tua bangunan serta gereja bergaya Belanda, kuil-kuil bersahaja dengan semarak aroma dupa yang mesra bertetangga dengan Masjid Raya. Ingatkah Kau tentang Menara PDAM Kota kita yang menjulang Gemilang serta kokoh melegenda. Taman Burung yang sudah ditinggalkan seluruh penghuninya, hingga keruhnya sungai yang tetap setia dan mesra membelah jantung kota. Bukankah setiap langkah dari kaki sanggup membawa pergi ke tempat manapun yang kita ingini, tapi bagaimana halnya dengan hati yang terlanjur tertinggal di kota ini? Masih atas nama rindu, karena jika kau mencintai sesuatu setiap kali bayangannya sirna dan berlalu kau akan kehilangan sebagian dari dirimu.

 

Apa yang istimewa dari sebuah kota selain eksotisme budayanya,  selain  denyar  keramahan penduduknya, selain cita rasa kuliner khasnya yang pantang enyah karena terlanjur lengket di lidah. Tak lain tak bukan jawabannya berkisar pada kenangan. Sebuah sejarah berlabel berlabel kenangan menjadi sesuatu yang mutlak tak tertawar dan mangkus menyita sebagian besar memori hidup setiap manusia. Keberadaan suatu kota yang sanggup melestarikan cagar budayanya seolah menjadi jawaban untuk menaungi kenangan masa silam setiap orang yang sempat terlibat secara emosional.

 

Artikel kali ini akan memanjakan mata dan ingatan pembaca dengan mengajak bernostalgia menjelajah waktu kembali ke masa lalu. Menelusuri sudut-sudut kota Amoy yang dari sumber utama yakni arsip foto-foto dari Pastor Yeremias Melis, OFM.Cap (Pastor Yerry), kearsipan Perpustakaan Daerah Singkawang, maupun dari berbagai sumber gambar-gambar pengingat masa lalu yang terserak itu berhasil didapatkan. Foto-foto yang didapat dari Pastor Yerry bersumber dari buku yang beliau miliki. Tidak lupa di beberapa objek foto terdahulu yang masih dapat ditelusuri keberadaannya disertakan juga sebagai pembanding sekaligus sebagai pemutar kenangan masa silam.



Masjid Raya


Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi Singkawang (kiri 1935, kanan 2023)


Rumah Sakit St. Vincentius Tampak dari Atas (dulu dan kini)



Vihara Tri Dharma Bumi Raya



Bioskop Kota Indah (Kiri 1955, Kanan 2023)


Gereja Katolik St. Fransiskus Assisi Singkawang (kiri tahun 1924-1925, kanan tahun 2023)


Gereja Katolik St. Fransiskus Assisi Singkawang (kiri tahun 1926, kanan tahun 2023)



Kapel di Rumah Sakit Kusta Alverno Singkawang (Kiri 1906-1914, Kanan 2023)


Susteran di Komplek Rumah Sakit Kusta Alverno Singkawang
Tampak Depan (Kiri 1956, Kanan 2023)



Susteran di Komplek Rumah Sakit Kusta Alverno Singkawang
(tampak serong samping)





Komplek Bangunan Sekolah SMP Bruder Singkawang Versi Dulu dan Versi Kekinian (2023)


Jalan P. Diponegoro Persis di Depan Bruderan Versi Dulu dan Versi Kekinian (2023)


Komplek Susteran di Jalan P. Diponegoro Versi Dulu dan Versi Kekinian (2023)


Jalan Budi Utomo Singkawang Versi Dulu dan Versi Kekinian


Depan Hotel Rusen (Dulu) Sekarang Rusen Kopi Tiam


Menara PDAM Dulu dan Versi Kekinian



Aliran Sungai Singkawang di Area yang Kini Bernama Taman Burung


Hidup ini penuh warna jika dalam ingatan, kita berhasil merekam begitu banyak kenangan. Hidup ini sarat arti jika kita menilainya dari sudut pandang hati. Hidup ini indah jika kita sanggup menertawakan segala keluh kesah tanpa melupakan sejarah. Kita seringkali terus-menerus melihat keluar namun lupa menengok ke dalam diri karena menganggap terlalu hambar. Kita berulang kali lebih peduli dengan sejarah sesuatu yang asing dan justru abai pada kisah bumi kelahiran yang sebenarnya sanggup menjadi pembanding. Kita acap kali sukses menancapkan cerita tentang tanah seberang di dalam kepala, sementara kisah tanah tempat berpijak kita seolah dimaklumkan untuk terlupa.

 

Sejarah kita bukan produk karbitan. Ia lahir karena tempaan zaman. Jika dapat bertahan di tengah perubahan adalah sesuatu yang mengagumkan dan pasti penuh dengan perjuangan. Dinamika kehidupan menghasilkan transformasi budaya. Dapatkah dipertahankan, setidaknya bisakah kita menjaganya tetap utuh dalam kotak-kotak bernama ingatan, yang pada akhirnya akan kita abaikan dalam sesuatu yang kita sebut sebagai kenangan. Karena apa yang kita anggap sebagai kenangan sejarah masa silam demikian pula halnya akan dianggapkan oleh anak cucu kita saat memandang wajah kita di masa depan. Ya, kita juga adalah cikal bakal sejarah yang mungkin saja abadi dan lestari dalam kenangan atau bahkan lindap dari ingatan masa depan.



NB: Artikel pernah dimuat di media pewartaan, Buletin Likes Paroki Singkawang pada Tarikh 2015 dan diunggah di website Paroki Singkawang pada September 2015. Kini diunggah ulang di blog pribadi penulis artikel dengan beberapa penyesuaian.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Statistik Kunjungan

Arsip Blog

Recent Posts

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *